Dewasa ini penggunaan peta konsep dalam proses pembelajaran dirasa sangat penting, karena diharapkan proses pembelajaran yang dilakukan tidak hanya berupa transfer ilmu pengetahuan semata melainkan juga pengatahuan mendasar yang tidak hanya diketahui tetapiu juga dapat dipahami oleh peserta didik....,
Berikut adalah peta konsep mengenai "Sistem Saraf Manusia".
Selasa, 26 November 2013
Jumat, 01 November 2013
Praktikum mikro "Isolasi Virus Enterik (versi cambridge) "
PERCOBAAN 20
Mendeteksi Virus Enterik dalam Air
20.1. Tinjauan
Tujuan: untuk mendemonstrasikan bagaimana virus enterik
terkonsentrasi dan terdeteksi dalam air.
·
Mendemonstrasikan peralatan yang digunakan untuk mendeteksi
virus dalam air
·
Mengamati efek
virus cytopathogenic terhadap kultur sel (CPE)
20.2. Landasan Teori
Latar Belakang
Virus yang dikeluarkan melalui
kotoran dari berbagai jenis hewan dapat mencemari air. Terutama pengaruhnya
terhadap kesehatan, virus dapat menyerang saluran pencernaan manusia yang
diekskresikan dengan kotoran orang yang terinfeksi. Virus seringkali ditularkan
melalui mulut atau anus dari orang ke orang lain. Namun, virus terebut juga terdapat
pada limbah yang berasal dari berbagai limbah medis, yang dapat mencemari air
atau permukaan tanah. Virus Enterik diekskresikan
dalam jumlah yang cukup besar melalui kotoran termasuk diantaranya virus polio,
virus coxsackie, virus echo, dan virus enterik lainnya sepeti, virus adeno, virus
reo, virus rota, virus hepatitis a (virus hepatitis), dan virus noro. Yang
merupakan penyebab berbagai penyakit
termasuk gastroenteritis, ruam kulit, meningitis, myocarditis, infeksi mata,
kelumpuhan, demam, dan lain sebagainya., setiap kelompok virus terdiri dari
sejumlah jenis virus serologi yang berbeda; dengan demikian lebih dari
100 virus enterik berbeda, yang dapat menginfeksi
manusia.
Keberadaan Virus mengindikasikan kelainan
pada saluran pencernaan; virus hanya diekskresikan
oleh individu yang terinfeksi, yang kebanyakan diderita oleh bayi dan
anak-anak. Tingkat infeksinya sangat bervariasi dari suatu daerah dengan daerah
lain, tergantung pada kebersihan dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Karena
virus enterik tidak dapat berkembang dalam limbah mereka hanya dapat memperbanyak
diri dalam sel hidup dan pada sel yang rentan,. Pengolahan limbah, pengenceran,
pemberantasan sumber perkembang biakan virus, dan pengolahan air dapat
mengurangi jumlah virus. Virus penyebab penyakit dapat sangat mengancam ketika pasokan
air terkontaminasi (tercemar) oleh limbah. Hal ini akan dijelaskan melelui
experiment, bagaimana infeksi dapat dihasilkan dengan proses ingesti beberapa unit virus. Hasil analisis
menunjukkan bahwa suatu virus hanya dapat menginfeksi dalam kemungkinan yang kecil (satu virus/100
liter air)
Proses Pengujian virus
Mendeteksi virus dalam lingkungan air
yang terinfeksi ,dapat dilakukan dengan
melalui tiga langkah umum: (a) mengumpulkan sampel yang representatif; (b) mengamati
virus dalam sampel; dan (c) mengidentifikasi dan memperkirakan dampak yang
terkonsentrasi virus. Masalah yang berkaitan
dengan pengamatan virus pada lingkungan perairan, yang sangat penting terhadap kesehatan masyarakat adalah: (a) ukuran partikel
virus yang kecil (berdiameter sekitar 20-100 nm); (b) rendahnya virus yang terkandung
dalam air serta terdapat virus dalam
jumlah dan jenis yang sangat bervariasi (c) sifat ketidakstabilan virus sebagai
makhluk biologis; (d) berbagai bahan pelarut dan terlarut dalam air serta
limbah cair dapat mengganggu proses pengamatan virus;(e) jumlah virus yang
dibutuhkan dan kemampuan mengidentifikasi sangat terbatas.
Menentukan metode pengamatan
Virus enterik yang terdapat dalam air
dan limbah cair yang diperlukan biasanya
sangat rendah, kecuali pada tempat pembuangan kotoran dan pada musim tertentu.
Banyak cara yang direkomendasikan dalam proses pengamatan virus enterik ini, diuji dilabolatorium dengan
experiment pada sampel yang terkontaminasi
dan pada cara lain, pengamatan terhadap virus juga dapat dilakukan diluar
ruangan.
Metode Proses pengkonsentrasian virus
sering kali terbatas pada kualitas volume air yang diberikan, metode dalam memilih
pengkonsentrasian virus harus mempertimbangkan jumlah
intensitas virus, volume yang terbatas dalam pengkonsentrasian akan
berpengaruh pada jumlah virus dan jenis air yang dipilih. volume Sampel yang kurang dari satu liter
seperti beberapa milliliters yang berasal dari limbah mungkin cukup untuk memperoleh virus.
Untuk air minum dan air yang tidak tercemar keberadaan virus akan menjadi lebih sedikit, hingga
diperlukan ratusan atau mungkin ribuan liter
yang akan dijadikan sampel untuk meningkatkan jumlah kemungkinan virus yang
akan diamati.
Dalam hal ini metode yang dipilih untuk
mengumpulkan virus dari air adalah adsorpsi / teknik elution ( apha,
1998 ). Ini melibatkan penyaluran air melalui filter yang akan menyerap virus,
kemudian, eluting ( desorbsi ) virus dari penyaringan dengan menggunakan
satu atau dua-liter suspensi dengan 1,5
% ekstrak daging sapi.
Dua jenis sistem penyaringan yang
digunakan ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
Filter elektronegatif telah terbukti
mempunyai kapasitas yang lebih besar untuk absorbsi virus di perairan yang
keruh dan mengandung banyak materi organik, namun memerlukan penambahan AlCl3
dan keasaman air dengan pH 3,5 agar virus-virus
yang terserap di dalam filter dapat diperoleh dengan hasil maksimal. cara ini akan
menjadi rumit saat proses pencampuran sampel air pada penyaringan ( dengan penambahan
AlCl3) dan penggunaan alat ( pH meter ) dan bahan. Dalam Proses ini
perlu adanya pelatihan khusus dan pengalaman yang cukup.
Filter Elektropositif tidak perlu menggunakan air, tapi perlu dipersiapkan penyumbat, dan
mungkin tidak akan se efisien bahan yang berasal dari limbah cair. dan cairan
lain yang mengandung bahan organik. Bahan tersebut tidak dapat digunakan pada air dengan ph di
atas 8,5 - 9.0. bahan yang belum disaring dapat digunakan untuk meningkatkan
kapasitas filterat virus tetapi harus di absorbsi dan diproses dengan cara yang
sama seperti proses absorbsi virus dengan filter .
Pada umumnya Penyaringan yang
digunakan adalah filter elektronegatif. Biasanya digunakan 10-inch ( 25.4 cm ) lipatan kertas yaitu
diantara 0.22mm atau 0.45mm seukuran pori ( gerba et al. , tahun 1978 ) . 1 MDS
virozorb elektropositif dihasilkan
khusus untuk adsorpsi virus dalam air.
Setiap virus dari filtrat dielusi,
mereka akan terkumpul (di-reconcentrasi) dalam jumlah yang lebih sedikit
( biasanya 20 - 30 ml) sebelum diuji pada kultur sel hewan. Seluruh proses untuk mengumpulkan virus
dalam air diperagakan pada gambar 20-1.
Gambar 20-1 Proses
pengumpulan dan pendeteksian virus
Virus Enterik pada manusia yang
terdeteksi dapat terlihat dari efek yang
ditimbulkan pada sel monolayers yang berasal dari manusia atau jaringan hewan.
Enterovirus, reovirus, dan adenovirus dapat menghancurkan sel dan menimbulkan
efek cytopathogenic (CPE). Virus lainnya dapat tumbuh pada sel tapi
tidak menyebabkan CPE. Virus lainnya, seperti norwalk, belum dapat berkembang
didalam sel.
20.3. Cara Kerja
Bahan –bahan
·
Peralatan yang digunakan untuk mengumpulkan virus,
seperti pada gambar 20-1 (berdasarkan peragaan)
·
Sel yang terinfeksi virus polio tipe 1 ( lsc - vaksin stress
) di dalam gelas kimia
·
Mikroskop cahaya yang telah di atur
Prosedur penggunaan alat dalam proses pengamatan virus enterik dalam
air akan diperagakan oleh instruktur. Prosedur pengamatannya adalah sebagai
berikut :
Tahap penyaringan dan pengumpulan virus
1. Hubungkan kepala
filter ke keran atau pompa langsung dari sumber air (langkah 1a dan 1b ).
2. Untuk men-deklorinasi, bila perlu secara bersamaan tambahkan
10 % larutan natrium thiosulfate ( 0.4ml/gal ( 0.1ml/L) baik dengan menggunakan
pipet tetes atau pipet volumetrik ( langkah 1b ) . Tampung sampel air dengan wadah plastik besar dan deklorinasi
seperti yang telah dijelaskan pada penggunaan filter elektronegatif.
3. Letakkan 1 MDS kertas
pada kepala filter, kunci/tutup dan hubungkan semua aliran pipa. Pengukur arus
(flow meter) harus ditempatkan setelah filter. Bila perlu dapat digunakan filterat
dari prefilter ( 3-mm ukuran pori) hubungkan sebelum filter mengabsorbsi virus.
4. Mulailah memompa dengan kecepatan aliran antara
5 - 10 gal/min ( 19 – 38 l/min )
5. Setelah hasil
penyaringan diperoleh, segera tempatkan filterat pada suhu 4oC atau pada
es dan bawa ke laboratorium untuk diolah atau melalui proses elusi filter di lapangan.
Berbeda dengan filtrat elektronegatif, yang harus di bawa dalam keadaan beku, filtrat elektropositif dapat disimpan
pada suhu 4oC selama 3 hari sebelum proses absorbsi (sobsey dan glass,
1980).
Penanganan alat dan Keamanan
6. Sebelum dibawa
atau digunakan, perabotan botol dan / atau peralatan pelastik lain harus dalam
keadaan tertutup.
7. Masukkan bahan yang tidak tertutup seperti selang
karet, rumah filter, meteran air, dan pompa kedalam 10mg/l klorin selama 30 menit. Ph probes
akan membunuh kuman dengan menempatkan 1m HCl selama 10 menit.
8. Setelah
sampling, semua peralatan yang harus disterilkan dengan 10 - 15mg/L klorin (dalam
bentuk NaOCl) selama 30 menit, kemudian lakukan deklorinasi dengan menambahkan natrium
thiosulfate secukupnya untuk menetralisir klorin yang tersisa.
9. Alat ukur arus
(flow meter) harus ditempatkan di hilir dari kepala filter (langkah 1a dan 1b).
Membawa Filter dan eluate
10. Filter dapat diletakan
pada pegangan filter atau dapat ditempatkan dalam plastik, gunakan tas resealable untuk memindahkan. Filter
Elektropositif (1 MDS virozorb) harus dikirim pada suhu 4oC untuk
menjaga agar virus tidak mati. Filter elektropositif harus diabsorbsi hanya
pada rentang waktu 48 - 72 jam setelah diperoleh/dikumpulkan (sobsey dan Glass,
1980).
11. Hasil absorbsi Filter harus disimpan dalam bentuk es atau dikirim pada
suhu 4oC sampai diterima
pihak labolatorium. Pada suhu ini eluat Filter
tidak boleh disimpan/digunakan hingga lebih dari 72 jam sebelum dibekukan dan disimpan pada suhu -1oC atau
lebih rendah. Sampel dapat beku dan dikirim dalam bentuk es. Jika dalam keadaan
beku, sampel dapat disimpan dalam jangka waktu tak terbatas.
Prosedur penanganan virus di Laboratorium
Ketika sampel air dibawa ke
laboratorium, selanjutnya sampel virus diproses lebih lanjut melalui proses elusi,
diteliti ulang, diklarifikasi, dan dicoba pada kultur sel. Terkadang proses
elusi, harus dilakukan di luar ruangan. Analisis laboratorium dapat dilakukan
di mana saja selama dua hingga empat minggu untuk dapat diperoleh hasilnya.
berikut adalah deskripsi singkat dari setiap langkah proses pengisolasian virus.
Proses Elusi filter
12. Sisa air dibersihkan
dari filter saat dipemegang.
13. Dengan konsep
tekanan udara tambahkan Satu liter ekstrak daging sapi 1,5 %, dengan 0,05 M
glisin pada pH 9,5, ke pegangan filter hingga melewati filter. Proses elusi ini
akan menjebak virus pada filter (langkah
2, gambar 20-1).
14. Segera netralkan
eluate dengan 1m HCl. pH eluat harus segera dinetralkan setelah proses elusi
agar virus tidak mati oleh tingginya pH
dari eluat.
Pembahasan dan rekonsentrasi eluat
filter
15. Melalui proses
sentrifugasi, satu liter eluate di amati ulang dengan pengendapan protein dan virus
dalam keadaan asam (langkah 3, gambar 20).
16. Endapan dari
sentrifugasi disimpan dalam 20 - 30 ml larutan penyangga garam dengan pH 8 - 10.
17. Bersihkan bakteri
melalui sentrifugasi dengan kecepatan rendah bila perlu gunakan antibiotik,.
18. Tempatkan sampel yang telah siap dalam pH netral.
Menguji virus pada kultur sel
19. Sel yang
digunakan untuk menguji sampel enterovirus adalah sel ginjal kerbau hijau
monyet ( BGM ). Sel-sel itu ditumbuhkan untuk
membentuk satu lapisan (monolayer) di dalam botol plastik ( langkah 4, gambar
20-1 ).
20. Sel-sel tersebut
diuji selama 14 hari untuk melihat kehancuran sel (CPE, efek cytopathogenic) yang
disebabkan oleh virus. Setiap botol terisi oleh sel-sel segar dan baru kemudian di tambahkan CPE.
Setidaknya setengah dari sampel yang dimaksud harus diuji.
21. Enterovirus
biasanya dihitung saat ada peluang, yang memiliki kemungkinan dalam jumlah yang
besar (MPN) seperti pada bakteri koliform atau dengan cara membentuk unit
stimulan (PFU). Pada cara PFU, sel monolayer ditutupi dengan agar.kemudian, sel
monolayer diberi sedikit pewarna. Sel diserang virus yang akan menghapus noda atau plak pada monolayer.
Pemeriksaan kultur sel
Tugas Anda
Setiap siswa akan memeriksa kultur sel
yang telah terinfeksi virus polio tipe 1 lsc ( vaksin stress ) di bawah
mikroskop cahaya. bandingkan sel monolayer yang terinfeksi dengan sel monolayer yang tidak terinfeksi. Catat
hasil pengamatan anda.
20.4. Pertanyaan dan topik permasalahan
1. Apa jenis
penyakit yang disebabkan oleh virus enterik?
2. mengapa virus enterik dalam jumlah yang kecil harus dideteksi dalam volume air yang besar?
3. Mengapa virus terserap
ke elektropositif filter?
4. Apa yang
dimaksud cpe?
5. Apa itu virus
enterik?
6. Mengapa untuk
mengumpulkan virus dari air digunakan ekstrak daging sapi?
20.5. Daftar Pustaka
Dahling,D.R., and Wright, B.A. (1984). Processing and transport
of environmental virus samples. Applied and Environmental Microbiology 47,
1272 1276.
Gerba, C.P., Farrah, S.R., Goyal, S.M., Wallis, C., and Melnick,
J.L. (1978) Concentration of enteroviruses from large volumes of tap water,
treated sewage, and seawater. Applied and Environmental Microbiology 35,
540–548.
Katznelson, E., Fattal,B., and Hostovesky,T. (1976) Organic
flocculation: and efficient second-step concentration method for the detection
of viruses in tapwater. Applied and Environmental Microbiology 32,
638–639.
Payment, P., and Trudel, M. (1981) Improved method for the use
of proportioning
injectors
to condition large volumes of water for virological analysis. Canadian Journal
of Microbiology 27, 455–457.
Sobsey, M.D., and Glass, J.S. (1980) Poliovirus concentration
from tap water with electropositive adsorbent filters. Applied and
Environmental Microbiology 40, 201–210.
GLOSARIUM
CPE (Cytopathogenic Efect). Patogen berupa virus yang menyerang sel
Eluat. Sampel yang dihasilkan dari proses elusi.
Ingesti. Proses pengambilan makanan ke dalam saluran pencernaan,
umumnya melalui mulut.
Prefilter. Filtrate yang belum mengalami proses penyaringan.
Sel Monolayer. Kultur sel yang tumbuh membentuk lembaran pada permukaan tempat
kultur sel tersebut.
Teknik elusi. Bagian dari proses pemisahan antara sampel air dengan virus.
Laboratorium biologi (Biosel_III)
Alat dan
bahan :
NO
|
Nama
Alat/Bahan
|
Gambar
|
1.
|
-
Mikroskop
|
|
2.
|
-
Lampu spirtus
|
|
3.
|
-
Kaca objek
|
|
4.
|
-
Pisau atau silet
|
|
5.
|
-
Korek api
|
|
6.
|
-
Kaca arloji
|
|
7.
|
-
Penjepit Kayu
|
|
Langkah kerja :
NO
|
Langkah kerja
|
Gambar
|
1.
|
Sebelum
praktikum dilaksanakan spesimen, yang berasal dari larva Chironomus disediakan terlebih dahulu dalam kondisi
hidup
|
|
2.
|
Bagian
kepala (anterior) yang ditandai dengan warna kehitaman dipotong dengan menggunakan silet untuk kemudian
dibelah secara menyamping sehingga diperoleh satu sisi pada bagian kepala.
|
|
|
Kemudian
sediaan yang telah diperoleh ditetesi dengan larutan acetocarmine dipanaskan
di atas nyala lampu spirtus sampai mencapai suhu kira-kira 600C (usahakan
jangan sampai mendidih)
|
|
.
4
|
Setelah
itu pindahkan sayatan tersebut ke atas kaca objek yang telah di tetesi acetocarmine
|
|
.
5
|
Tutup
sediaan dengan kaca penutup
|
|
.
6
|
Balikan
dan pegang di antara ibu jari dan telunjuk, kemudian tekan sambil sedikit di
dorong (squash )
|
|
.
7
|
Periksa
sediaan tersebut dengan mikroskop dengan perbesaran lemah (10X10)
|
|
.
8
|
Lanjutkan
perbesaran dengan pengamatan dengan perbesaran kuat (10X45 atau 10X63).
|
|
Laboratorium Biologi (Biosel_II)
PEMBAHASAN
Praktikum mata kuliah Biologi Sel dilanjutkan dengan melakukan
pengamatan terhadap uji pembelahan sel
gamet dengan menggunakan kultur dari bunga bawang yang dapat diperoleh dengan
mudah karena dijual bebas dipasaran sebagai komoditas sayuran konsumsi. Dalam
praktikum ini akan dilakukan pengamatan terkait dengan prosses meiosis
(pembelahan sel gamet) pada kuncup bunga
bawang (Allium sp).
Sama halnya dengan pengamatan sebelumnya, praktikum ini dilakukan
dengan perendaman (fiksasi) kuncup bunga bawang yang akan dijadikan
objek pengamatan dalam larutan farmer selama ±24 jam, perendaman ini
berfungsi untuk menghentikan proses meiosis mikrospora pada mikrosporangium
bunga bawang sehingga kromosom dapat diamati pada fase meiosis tertentu dan
akan mempermudah proses pengamatan.
Selanjutnya kuncup bunga bawang direndam dengan larutan asam asetat
(CH3COOH) selama ±30 menit, perendaman ini dimaksudkan agar sel-sel mikrospora
pada benang sari menjadi lebih lunak sehingga memudahkan zat pewarna untuk menembus dinding
sel mikrospora. Kemudian setelah diambil beberapa tangkai bunga didalam salah
satu kuncup bunga bawang Allium cepa yang majemuk yang telah direndam, di
warnai dengan larutan Acetocarmine , pewarnaan ini dilakukan bersamaan
dengan pemanasan agar zat pewarna dapat
diserap lebih cepat melalui proses imbibisi. Selanjutnya akar yang telah
diwarnai di tempatkan pada kaca preparat dan ditutup dengan kaca penutup dengan sedikit didorong
sambil ditekan (teknik Squash) lalu kemudian diamati dengan mikroskop
pada perbesaran lemah 10x10.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami peroleh dibawah
mikroskop dengan perbesaran10x10, kami melihat adanya proses profase I dan
anafase II yang terjadi pada sel
mikrospora bunga bawang (Allium cepa).
Pada profase I sel mikrospora terlihat dengan kondisi inti sel yang
mulai membesar sedangkan membrane inti mulai menghilang. Benang- benang
kromatin memendek dan menebal seperti menggulung pada daerah sentral.
Terbentuklah kromosom. Pada tahap ini kromosom membelah dan memanjang membentuk
kromatid. Kemudian hasil pengamatan yang kami temukan pada proses meiosis sel
mikrospora bunga bawang ditemukan juga sel yang mengalami tahap Anafase II
terlihat sentromer dari masing-masing kromosom telah membelah dan kromatid
telah memisah dan menjadi satu kromosom, juga dalam proses anafase ini kromosom itu selanjutnya akan mengarah
menuju kutub.
Sebetulnya apakah proses Anafase I atau Anafase II belum dapat
dibedakan salah satunya, namun hasil pengamatan ini ditekankan, pada tahap ini
sel yang mengalami tahap Anafase II terlihat masih berlekatan dengan sel-sel
lainnya, diduga sel-sel tersebut merupakan hasil dari proses sitokinesis
meiosis tahap I. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar hasil pengamatan
pada mikroskop dibawah ini.
Gambar 1.1
Langganan:
Postingan (Atom)